Thanksgiving, Film Horor Slasher yang Menawarkan Kejutan dan Aksi Brutal


Thanksgiving, sebuah film horor slasher karya Eli Roth, seorang rekan dekat Quentin Tarantino, telah mencuri perhatian para penggemar dengan cerita yang menegangkan dan aksi brutalnya. 

Roth, yang terkenal dengan film-film aksi brutal seperti Cabin Fever dan Hostel, kali ini menyajikan kisah seram yang menjadi film ketiganya setelah Machete (2010) dan Hobo with a Shotgun (2011). 

Meskipun dirilis agak terlambat, apakah Thanksgiving mampu menyajikan sesuatu yang segar bagi penggemar genre slasher seperti sebelumnya?

Cerita Thanksgiving dimulai dengan peristiwa berdarah pada malam Thanksgiving di Kota Plymouth, Massachusetts. Ratusan orang mengantri untuk masuk ke pesta diskon "Black Friday" di luar toko Rightmart, mengakibatkan kekacauan dan kematian tragis. 

Setahun kemudian, beberapa orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut ditemukan tewas secara brutal. Jessica (Nell Verlaque), putri pemilik Rightmart, bersama dengan teman-temannya, menerima pesan misterius dari seorang pembunuh yang berniat membalaskan dendam. 

Pembunuhan terus terjadi, dan Jessica berusaha mencari tahu identitas pembunuh yang mengincar keluarga dan teman-temannya.

Dengan melihat judulnya, formula plot Thanksgiving terlihat mirip dengan film slasher klasik yang sering mengambil latar hari spesial, seperti Halloween dan Friday the 13th. Aksi brutal dan penggunaan topeng oleh antagonisnya juga mengingatkan pada elemen-elemen klasik dalam genre ini. 

Namun, yang membedakan Thanksgiving adalah motif dari pembunuhan tersebut. Meskipun awalnya dianggap hanya sebagai teaser fiktif dalam Grindhouse (2007), film ini ternyata mampu berkembang menjadi produksi penuh dengan anggaran yang cukup besar (USD 15 juta).

Dari segi konsep dan ide, pembuat film Thanksgiving awalnya mungkin merasa bahwa film ini hanya sekadar ide liar yang dimainkan dalam otak mereka. 

Namun, hasilnya jauh dari kata buruk. Thanksgiving diproduksi dengan matang dan menampilkan sejumlah adegan brutal yang sekaligus merupakan penghormatan kepada teaser aslinya.

Plot "whodunit" yang biasanya dapat diantisipasi dengan mudah pada film-film sejenis, namun Thanksgiving menawarkan pengalaman yang berbeda dengan memainkan tempo cepat. 

Penonton dihadapkan pada aksi tanpa henti, dengan setiap adegan menghadirkan kejutan baru. Meskipun tidak menyajikan sesuatu yang benar-benar baru dalam genre ini, film ini mampu mempertahankan ketegangan dan memberikan hiburan yang solid.

Aksi brutal dalam Thanksgiving tidak tanggung-tanggung, dan sang sineas, seperti yang diharapkan, menghadirkan keterampilan luar biasa dalam menyajikan adegan-adegan yang menegangkan. 

Namun, satu-satunya hal yang dapat dianggap mengganggu adalah pemotongan sensor. Terlepas dari rating usia yang sama dengan film sejenis, pemotongan gambar dalam Thanksgiving terlihat lebih kasar dibandingkan dengan film sejenis lainnya. Hal ini menjadi pertanyaan, mengapa film ini dirilis dengan pemotongan yang signifikan, sedangkan film serupa dengan rating usia yang sama tidak mengalami pemotongan sebanyak ini?

Secara keseluruhan, Thanksgiving berhasil menjadi film slasher yang menyajikan kejutan dan aksi brutal dengan kualitas yang dapat dinikmati oleh penggemar genre ini. 

Meskipun pemotongan sensor mungkin menjadi sorotan negatif, film ini tetap menjadi pilihan menarik bagi mereka yang menyukai kisah seram yang intens dan penuh kejutan.


Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.